Sikap Mu'min Dalam Menghadapi Masalah

Assalamu'alaikum
K' rubie gimana kabarnya? Smoga kk slalu dalam limpahan rahmat Allah SWT
k', Dita leh tannya ga'? bagaimana sih sikap kita sebagai seorang muslim bila kita lagi dapat masalah tu? Makasih ya ka'.
Wassalamu'alaikum

Dita
bunga_xxxx@yahoo.com

Jawaban

Assalamu'alaiku warohmatullahi wabarokatuh

Neng Dita yang selalu dalam Rahmat Alah. Satu hal yang tidak pernah luput dari kehidupan kita, yang apabila kita mampu menghadapinya dengan penuh lapang dada, kebijaksaan, serta pernuh perhitungan, maka hal itu akan memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi kita dan dapat memberikan hikmah yang besar. Tapi bila kita menghadapi hal itu dengan tanpa penuh perhitungan malah jadi kita tenggelam, stress akibat hal itu tanpa tahu bagaimana cara memecahkannya maka hal itu akan menjadikan celaka bagi kita, itu lah yang dinamakan masalah sipapun pernah dan akan mengalaminya.
Namun kalau kita cermati, ternyata dengan persoalan yang sama, sikap orang pun berbeda-beda. Ada yang begitu panik, goyah, kalut, dan stress. Tapi ada pula yang menghadapinya secara mantap, tenang atau bahkan malah menikmatinya. Hal ini berarti bahwa, Masalah atau persoalan yang sesungguhnya, bukan terletak pada persoalan, melainkan pada sikap terhadap persoalan tersebut. Oleh karena itu, siapapun yang ingin menikmati hidup ini dengan baik, benar, indah lagi bahagia, mutlak bagi dirinya untuk terus-menerus meningkatkan ilmu dan ketrampilan dalam menghadapi aneka persoalan tersebut seiring dengan pertambahan umur, tuntunan, harapan, kebutuhan, cita-cita serta tanggung jawab.

Kelalaian kita dalam menyadari pentingnya bersunguh-sungguh mencari ilmu mengenai cara menghadapi hidup ini, ditambah dengan kemalasan kita dalam melatih dan mengevaluasi ketrampilan kita dalam menghadapi persoalan hidup, berarti akan membuat hidup ini hanyalah sekedar perpindahan kesengsaraan, penderitaan, kepahitan dan tentu saja kehinaan yang bertubi-tubi. Na'udzubillah.

Dalam menghadapi sebuah masalah kita harus siap menghadapi yang cocok dengan yang diinginkan dan siap menghadapi yang tidak cocok dengan keinginan. Kita memang diharuskan memiliki keinginan, cita-cita rencana yang benar dan wajar dalam hidup ini. Bahkan kita sangat dianjurkan untuk gigih ikhtiar mencapai apapun yang terbaik bagi dunia akhirat, semaksimal kemampuan yang Allah Swt berikan kepada kita. Namun bersamaan dengan itu kitapun harus sadar sesadar-sadarnya bahwa kita hanyalah makhluk yang sangat banyak memiliki keterbatasaan untuk mengetahui segala hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar dan kemampuan kita. Dan dalam hidup ini ternyata lebih sering terjadi sesuatu yang tidak terjangkau oleh pikiran kita, yang diluar dugaan dan diluar kemampuan kita untuk mencegahnya. Andaikata kita selalu terjebak dengan tindakan yang salah dalam mensikapinya maka betapa hari-hari akan berlalu penuh kekecewaan, penyesalan, keluh kesah, kedongkolan, dan hati yang galau. Sungguh rugi ! Padahal hidup hanya satu kali dan kejadian yang tak diduga pun pasti akan terjadi lagi.

Kita punya rencana, Allah Swt pun punya rencana dan yang pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana Allah swt. Yang lebih lucu serta menarik, yakni kita sering marah dan kecewa dengan suatu kejadian namun setelah waktu berlalu ternyata kejadian tersebut begitu menguntungkan dan membawa hikmah yang sangat besar dan sangat bermanfaat, jauh lebih baik dari apa yang diharapkan sebelumnya. Oleh karena itu Fa idzaa azamta fa tawaqqal alallah, (Q.S:Ali Imran ayat 159) bulatkan tekad, sempurnakan ikhtiar namun hati harus tetap menyerahkan segala keputusan dan kejadian terbaik kepada Allah Swt dan siapkan mental kita untuk menerima apapun yang terbaik menurut ilmu Allah Swt.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 216,
وعسى ان تكرهوا شيئا خيرلكم وعسى ان تحبوا شيئا وهو شر لكم والله يعلم وانتم لاتعلمون
Artinya : "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Siap menghadapi apapun yang akan terjadi dan bila terjadi maka satu-satunya langkah awal yang harus dilakukan adalah mengolah hati kita agar ridho (rela) dengan kenyataan yang ada. Kondisi hati yang tenang (ridho) ini sangat membantu menjadikan proses ikhtiar menjadi positif, optimal dan bermutu. Orang yang stress adalah orang yang tidak memiliki kesiapan mental menerima kenyataan yang ada.

Orang yang sudah mempersiapkan mentalnya, maka andaikata dia belum sukses dalam ujiannya maka dia akan senantiasa menganggap kebelum berhasilannya itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya serta meyakini bahwa terkandung hikmah besar dibalik itu semua, dan dia pun tidak akan diam saja stress menyesali kebelum berhasilannya itu akan tetapi dia akan selalu berpikir bagaimana dia bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk hal yang lebih berguna. Andaikata Handphone kita hilang? Jangan sibuk menyalahkan si pencopet, Renungkanlah serta introspeksi diri kita boleh jadi kita ini termasuk kikir, pelit, atau boleh jadi apabila kita masih memegang handphone tersebut kita akan tertimpa suatu musibah yang lebih besar.

Segala yang terjadi adalah dengan ijin Allah dan pasti ada hikmah tersendiri yang amat sangat bermanfaat, andaikata kita mau bersungguh-sungguh merenung dengan benar sehingga jadikanlah setiap masalah menjadi sarana efektif untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri, karena hal itulah yang menjadi keuntungan bagi diri dan pengundang pertolongan Allah Swt.

Ketahuilah hidup ini terdiri dari berbagai episode yang tidak akan monoton. Kadang kala kita berada diatas dan kadang kala kita akan berada dibawah, hidup ini bagaikan sebuah permainan kadang kita menjadi sang pemenang dan adakalanya kita akan menerima kekalahan, Inilah kenyataan hidup. Kita harus arif menyikapi setiap episode dengan lapang dada, kepala dingin dan hati yang ikhlas. Harus kita sadari bahwa setiap masalah yang menghadang kita, itu merupakan ujian bagi kita untuk menempuh tingkatan episode kehidupan selanjutnya. Bila kita dapat melaluinya dengan sukses maka kemudahan pun akan menyelimuti kelanjutan episode kehidupan kita.

Maka dalam menghadapi persoalan apapun jangan hanyut tenggelam dalam pikiran yang salah. Kita harus tenang, menguasai diri. Renungkanlah janji dan jaminan pertolongan Allah Swt. Yakinlah bahwa Allah Yang Maha Tahu segalanya pasti telah mengukur ujian yang menimpa kita sesuai dengan dosis yang tepat dengan keadaan dan kemampuan kita. اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan (Q.S :Al Insyiraah/94 ;5-6)
Allah Swt menjanjikan dalam surat At-Thalaq 2-3 :
اوَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ً
"Barangsiapa yang bersungguh-sungguh mendekati Allah (bertaqwa) niscaya akan diberi jalan keluar bagi setiap urusannya, dan akan diberi rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakal hanya kepada Allah niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya".
Andaikata sadar dan meyakininya, bahwa bila kita bersungguh-sungguh menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya Allah telah menjanjikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang sedang kita hadapi. maka kita memiliki bekal yang sangat kokoh untuk mengarungi bahtera kehidupan ini, tidak pernah gentar menghadapi persoalan apapun karena sesungguhnya yang paling mengetahui struktur masalah kita sebenarnya hanyalah Allah Swt, berikut segala jalan keluar terbaik Menurut pengetahuan-Nya Yang Maha Sempurna.

Ketahuilah yang namanya makhluk itu tiada mempunyai daya serta kekuatan kecuali hanya atas pertolongan dari Alllah SWT semata "Laa haula walaa quwata illa billahi 'aliyil 'adziim", kepada siapa lagi kita mohon petunjuk serta mohon diberikan kekuatan dalam menghadapi masalah tersebut kalau tidak kepada Allah.
Suatu ketika lukmanul hakim berkata kepada anaknya ; "wahai anakku kerjakanlah dosa sebesar kekuatanmu menahan pedih azab Allah, dan kerjakanlah ibadah seberapa banyak hajat dan kebutuhanmu kepada Allah". Jadi simulasinya adalah bahwa kita pasti tidak akan pernah bisa menahan betapa sakit dan perih siksaan Allah, dan tiada lagi yang dapat mengabulkan segala keinginan serta cita-cita kita kalau bukan Allah SWT, ingat manusia hanya bisa berencana akan tetapi yang maha mengabulkan adalah Allah SWT jadi apakah pantas tak kala kita memohon kepada allah untuk mengabulkan segala apa yang kita inginkan akan tatapi hak-haknya Allah tidak kita laksanakan, subhanallah. Dari hal itu lah kita akan belajar banyak tentang betapa pentingnya mempelajari betapa pentingnya setiap episode kehidupan yang kita jalani. Dari berbagai seimulasi diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa bila kita sedang mengalami kegundahan hati, maka hendaknyalah bagi kita untuk selalu memohon ampun kepada dzat yang maha pengampun mana kala kita pernah berbuat sesuatu yang membuat allah murka kepada kita seraya selau mengucapkna lafadz istiqfar kepada allah.

Marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita dalam setiap keadaan, ketika diberi kesusahan dan kesenangan. Yang sholatnya terjaga, akhlaq mulia, dermawan, hati bersih, dan larut dalam amal-amal yang disukai Allah Swt. Insya Allah masalah yang ada akan menjadi jalan pendidikan dan Allah yang akan semakin mematangkan diri, mendewasakan, menambah ilmu, meluaskan pengalaman, melipatgandakan ganjaran dan menjadikan hidup ini jauh lebih bermutu, mulia dan terhormat dunia akhirat.

Semoga kita terhindar dari permasalah yang melebihi kemampuan kita .. Amiin

Wallahua'lam bishowaab, mohon dibenarkan dalam setiap kesalahan

Wassalamu'alaikum warohmatulahi wabarokatuh

Rubie Hazinoto
(Santri yang masih dalam tahap belajar)